Gambar 1. Contoh Foto Udara di Kota Jakarta
Selasa, 22 November 2016
Minggu, 06 November 2016
Interpretasi Citra Secara Visual Menurut Para Ahli
Interpretasi Citra Secara Visual Menurut Para Ahli
- Vink
Menurut Lo (1976)
interpretasi citra menurut Vink dilakukan dalam enam tahap yaitu
1. Deteksi,
2. Pengenalan dan identifikasi,
3. Analisis,
4. Deduksi,
5. Klasifikasi dan
6. Idealisasi.
Deteksi adalah penyadapan
data secara selektif atas obyek (tampak langsung) dan elemen (tak tampak
langsung) dari citra. Kemudian obyek tersebut dikenali, diidentifikasi dan
diikuti oleh proses pemisahan dengan penarikan garis batas kelompok obyek atau
elemen yang memiliki kesamaan wujud kemudian dilakukan proses deduksi yang dilakukan berdasarkan
asas konvergensi bukti untuk prediksi terjadinya hubungan tertentu. Konvergensi
bukti merupakan penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah ke
satu titik simpul. Klasifikasi dilakukan untuk menyusun obyek dan elemen ke
dalam sistem yang teratur. Tahap terakhir yaitu idealisasi atau penggambaran
hasil dari interpretasi tersebut.
Hasil interpretasi citra
sangat tergantung atas penafsir citra beserta tingkat referensinya. Tingkat
referensi ialah keluasan dan kedalaman pengetahuan penafsir citra. Ada tiga
tingkat referensi yaitu umum, lokal dan khusus. Tingkat referensi umum yaitu
pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang diinterpretasi.
Tingkat referensi lokal ialah pengetahuan atau keakraban penafsir citra
terhadap lingkungan setempat atau daerah yang diinterpretasi. Tingkat referensi
khusus ialah pngetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang
diinterpretasi.
- Lo
Dengan mendasarkan atas
pendapat Vink maka Lo mengutarakan bahwa interpretasi citra dilakukan dengan
tahap-tahap seperti dibawah ini :
1.
Deteksi
2.
Merumuskan
identitas obyek dan elemen berdasarkaan karakteristik foto seperti ukuran,
bentuk, bayangan, rona, tekstur, pola dan situs.
3.
Mencari
arti melalui proses analisis dan deduksi
4.
Klasifikasi
melalui serangkian keputusan, evaluasi, dsb., berdasarkan kriteria yang ada.
5.
Teorisasi
->
menyusun teori atau
menggunakan teori yang ada pada disiplin yang bersangkutan
Pada dasarnya interpretasi
citra terdiri dari dua proses yaitu proses perumusan identitas obyek dan elemen
yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan artinya pentingnya obyek
dan elemen tersebut. Karakteristik foto seperti ukuran, bentuk, bayangan dsb
digunakan untuk identifikasi obyek, sedang proses yang lebih rumit yaitu
analisis dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan yang berarti dalam
proses yang kedua. Hasilnya berupa sebuah klasifikasi dalam upaya menyajikan
sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif yang diperoleh.
Klasifikasi ini menuju kearah teorisasi. Teorisasi ialah penyususnan teori
berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada sebagai
dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu. Dengan demikian
maka interpretasi citra pada dasarnya berupa proses klasifikasi yang bertujuan
untuk memasukkan gambaran pada citra ke dalam kelompok yang tepat sehingga
diperoleh pola kelompok dan hubungan imbaldayanya.
- Roscoe
Roscoe (1960) menyatakan
bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian pekerjaan yang berupa:
1.
interpretasi
awal,
2.
pembuatan
peta kerja,
3.
pekerjaan
medan,
4.
tinjauan
kembali atas masalah dan metode,
5.
interpretasi
akhir
6.
kesimpulan
dan uji medan dan
7.
penyajian
akhir.
Pada interpretasi awal
dilakukan interpretasi dari citra berskala kecil ke arah yang skalanya lebih
besar, dari pola umum ke wujud individual, dari obyek yang mudah dikenal ke
arah yang lebih
sukar dikenal. Setelah diamati pola umumnya, kemudian dikaji secara rinci
unsur-unsur yang membentuk pola tersebut. Hasil interpretasi awal ini
diwujudkan dalam peta kerja atau peta sementara.
Dengan menggunakan peta
kerja dan citra yang lebih diinterpretasi, pekerjaan medan dapat dilakukan
lebih efisien. Pekerjaan medan terarah lebih baik dan pelaksanaanya lebih singkat.
Kadang – kadang di medan juga dilakukan interpretasi citra untuk mengembangkan
informasi baru yang diperoleh dengan pengamatan langsung.
Tinjauan atas masalah dan
metode yang dipilih untuk pemecahan masalah perlu dilaksanakan untuk
menyimpulkan apakah ia akan tetap pada masalah yang telah dirumuskan dan metode
yang dipilih. Bukan tidak mungkin akan timbul masalah baru yang memerlukan
pengubahan metode yang digunakan.
Kemudian dilakukan
interpretasi akhir, penarikan kesimpulan, dan kerangka laporannya disusun.
Sebelum menulis laporan, bila kemungkinan lebih baik dating sekali lagi ke
daerah penelitian untuk meyakinakan hal yang perlu diyakinkan atau untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan yang timbul pada interpretasi akhir.
Penyajian hasil interpretasi
dapat dilakukan antara lain dengan menyajikan gambaran dalam kaitan spasial
yang jelas. Untuk maksud ini dapat digunakan
foto udara dan citra lainnya yang diberi notasi, mosaik foto, dan peta.
Disamping itu, informasi yang terkumpul juga dapat menjadi kunci interpretasi
citra.
- Umali
Menurut Umali (1983) interpretasi citra Landsat
dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu :
1.
Tahap
analisis citra
2.
Tahap
interpretasi citra
3.
Tahap
interpretasi disipliner terinci
Tiap wujud pada citra
mula-mula tampak melalui rona dan atau warnanya. Penafsiran citra mulai dengan
mendeteksi rona atau warna pada citra. Ia menarik garis batas bagi kelompok
wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkannya dari yang lain. Pekerjaan
ini oleh umali disebut analisis citra.
Pekerjaan selanjutnya
disebut interpretasi citra. Pekerjaan ini terdiri dari pengenalan jenis obyek
dan polanya. Pengenalan jenis obyek dilakukan dengan menggunakan unsur spasial
seperti ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, dan situsnya. Obyek yang tergambar
pada citra tidak hanya dikenali jenisnya, melainkan juga dikaji polanya atau
susunan keruangannya. Pola tersebut antara lain berupa pola bentuk lahan, pola
bentang budaya, pola aliran, dan pola penggunaan lahan.
Pekerjaan pada tahap
terakhir berupa pekerjaan intepretasi disipliner terinci. Jenis dan pola obyek
yang tergambar paada citra diinterpretasi arti pentingnya sesuai dengan tujuan
interpretasinya seperti misalnya untuk geologi, geomorfologi, penggunaan lahan,
kehutanan, sumberdaya akuatik, lingkungan, pertanian, dan hidrologi.
5.
Estes
et al
Estes
et al (1983) mengartikan analisis citra sebagai keseluruhan pekerjaan
interpretasi citra. Pengertian ini juga digunakan oleh Lillesand dan Kiefer
(1979) oleh karena itu istilah di dalam penginderaan jauh dipelajari oleh para
ilmuan dengan dpandang atau diartikan dengan lebih dari satu makna.
Lebih
dari sekedar istilah, bidang keahlian yang beraneka sering terbawa ke dalam
pemagaman penginderaan jauh. Oleh karena itu Estes et al berpendapat bahwa
perlu ada kerangka kerja konsepsual atau pardigma bagi hal yang mendasar di
dalam penginderaan jauh antara lain bagi asas interpretasi citra. Urgensi
paradigma ini lebih terasa lagi setelah berkembangnya analisis digital data
penginderaan jauh pada dua dasawarsa terakhir ini. Analisis digital seolah-olah
terpisah sama sekali dari analisis manual. Tanpa ada hubungan sedikitpun.
Sehubungan dengan ini maka Estes et al mengemukakan suatu paradigma analisis
citra secara manual dan visual dan digital.
Pekerjaan
analisis citra meliputi tiga :
1. deteksi dan identifikasi,
2. pengukuran,
3. pemecahan masalah.
Mula-mula
dilakukan deteksi dan pemberian obyek penting yang tergambar pada citra. Obyek
itu kemudian diukur dengan cara manual atau menggunakan instrumen. Pengukuran
ini dilakukan atas rona atau warna, bentuk, luas, lereng, bayangan, terkstur,
atau aspek lainnya. Pengukuran ini penting dalam uoaya pemecahan masalah.
Pemecahan masalah dapat beraneka bentuknya, antara lain berupa pengenalan obyek
melalui pengamatan obyek lain atau pengenalan kompleks obyek berdasarkan obyek
satu persatu, pemecahan masalah juga berarti penggunaan yang tepat data yang
telah diperoleh dari citra penginderaan jauh.
Baik
dengan cara maunal maupun dengan cara digital, cara analisisnya mendasarkan
atas unsur-unsur yang disebut unsur interpretasi citra. Berdasarkan unsur interpretasi
citra ini dilakukan analisis yang aturannya berbeda bagi cara manual dan cara
yang bersifat mempermudah dan atau
mempertinggi hasil analisisnya.
Pengembangan
hipotesis merupakan hal mendasar bagi ilmu pengetahuan. Hipotesis pada dasarnya
berupa jawaban potensial terhadap suatu pertanyaan atau pemecahan terhadap
suatu masalah. Hipotesis merupakan dugaan ilmiah. Dugaan ini dapat tepat dan
dapat pula tidak tepat. Oleh karena itu hipotesis harus diuji. Didalam analisis
citra, analisis menyusun hipotesis juga. Seorang analis citra menduga bahwa
obyek yang tergambar pada citra dan sedang diamati misalnya berupa tanaman
jagung atau daerah yang tergambar pada citra berupa daerah pertanian yang
subur.
Garis
penalaran ialah pengembangan penalaran yang mengarah ke suatu kesimpulan. Satu
garis penalaran yang pada dasarnya terdiri dari serangkaian pernyataan yang
menggunakan “jika....maka....”. dengan mendasarkan atas penalaran, kita hapus satu
persatu pernyataan-pernyataan tersebut, kecuali satu pernyataan yang paling
mungkin terjadi. Sebagai contoh dapat dibuat
pernyataan berdasarkan pengamatan pada citra sebagai berikut :
- - Jika sawah terletak di daerah miring
maka petak-petaknya berukuran kecil.
- - Jika sawah terletak di daerah padat
penduduk maka petak-petaknya berukuran kecil.
Kalau sawah tersebut
terletak di daerah datar dan petaknya berukuran sempit-sempit maka berarti
pernyataan pertama ditolak. Kalau hanya ada dua pernyataan, berarti pernyataan
kedualah yang diterima. Sawah yang terletak di daerah datar cenderung berukuran
luas. Petak yang sempit-sempit mengisyaratkan pemilik yang berjumlah besar. Ini
berarti daerahnya berpenduduk padat.
Analisis citra secara manual
pada dasarnya merupakan proses deduktif. Penarikan kesimpulan didasarkan atas
apa yang telah diketahui atau didasarkan atas sesuatu yang kebenarannya telah
diterima secara umum. Sebagai contoh, bila suatu daerah banyak ditanami
singkong maka kita dapat menyimpulkan
bahwa daerah itu merupakan daerah
tandus. Foto yang menyajikan gambaran sungai dengan bentuk meander
mengisyaratkan daerah yang datar. Dua kesimpulan tersebut ditarik berdasarkan
atas hal – hal yang kebenarannya telah diterima secara umum atau secara luas. Di
samping itu, obyek yang mudah dikenali pada citra bersifat mengarahkan ke
pengenalan obyek lainnya. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu
obyek lainnya. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu daerah yang
tergambar pada citra, digunakan lebih dari satu unsur yang masing-masing
mengarah ke satu kesimpulan, tidak ada yang bertentangan. Asas inilah yang
disebut konvergensi bukti (converging
evidence, convergence of evidence).
Langganan:
Postingan (Atom)